Misteri Penculikan Sisca



Pagi itu di Marrieta International High School heboh. Ada 5 orang di dalam ruangan kepala sekolah itu.
            “Dimana Sisca, ayo jawab Angel, Bobby, Robert?”, tanya detektif 1.
            “Saya tidak tahu. Kemarin, kami mau pulang, tapi katanya Sisca mau ke perpustakaan.”,kata Angel.
            “Iya kok. Setelah nganterin Sisca, saya sama Robert main basket di lapangan basket sebelah sekolah.”,kata Bobby.
            “Terus, waktu kalian latihan basket sama-sama terus? Nggak pisah-pisah?”, kata detektif 1.


            “Ya, enggaklah. Saya sama Robert sama-sama terus. Lagian emang tampang kami tampang penculik? Ganteng-ganteng gini menculik. Masa’ sih, Pak?”, jawab Bobby.
            “Apa bener, Robert?”, tanya detektif 2.
            “Iya, Pak. Saya sama Bobby sama-sama terus.”,jawab Robert, sementara itu detektif 1 mencatat.
            “Lalu kalian lihat Sisca keluar sekolah?”, tanya detektif 2.
            “Enggak, Pak. Kami kira Angel sama Sisca.”, ujar Bobby. Lalu detektif 1 menatap Angel.
            “Jangan kira kamu anak kepala sekolah di sini kamu bebas tuduhan ya!”, kata detektif 1 menatap Angel tajam.
            “Bukan saya pelakunya!”, jawab Angel setengah berteriak.
            Di luar sangat berisik. Anak-anak ingin tahu apa yang terjadi di dalam sana. Tak ketinggalan Ridho sama Weni. Mereka adalah paparazzi dan wartawan sekolah.
            “Tapi kamu kan yang terakhir bersama Sisca?”, kata detektif 1.
            “Setelah Sisca sampai di perpustakaan memang saya menemani dia sebentar, tapi setelah itu saya pulang, Pak.”, kata Angel.
            “Sendirian?”, tanya detektif 1.
            “Iya, tapi saya dijeput supir kok,Bu.”, jawab Angel membela diri.
            “Baik, untuk sementara, kamu Angel menjadi tersangka sampai penyelidikan selanjutnya.”, detektif 2 memberi kesimpulan.
            Lalu, Angel, Bobby dan Robert keluar ruangan. Saat keluar, sudah banyak anak menggerombol. Apalagi ada duo gosip, Ridho dan Weni. Makin males ngadepin mereka.
            “No comment.”, ujar Bobby sok cute.
            “No comment”, kata Angel.
            “No comment”, ujar Robert ikut-ikutan.
            Di saat sepi, mereka berbincang-bincang di bawah tangga menuju perpustakaan.
            “Misterius banget deh, Sisca. Ngapain juga pakai acara ilang-ilangan segala”, kata Bobby.
            “Iya,tuh. Apalagi yang dituduh menculik aku, parah banget.”,kata Angel dengan tatapan kosong.
            “Siapa tahu Sisca menghindari kita, soalnya ada yang salah dari kita.”,kata Robert.
            “Tapi apa? Kok Sisca gitu sih? Pokonya aku harus nyelidikin ini semua.”, kata Angel bersemangat.
            “Aku juga ikut.”, kata Bobby.
            “Aku juga.”, ucap Robert.
            Diam-diam, sekitar jam 5 sore setelah sekolah sepi, mereka bertiga ke perpustakaan. Baru kali ini mereka ke perpustakaan. Memang, anak-anaki di Marrieta Internatioan High School anti ke perpustakaan. Yang ke perpustakaan Cuma sejenis Hans si sainskers, Venty si novelkers dan masih ada beberapa lagi. Bobby sama Robert muter-muter perpustakaan nyari tempat petak umpet, tapi nggak ketemu. Tiba-tiba Angel datang.
            “Aku udah tanya sama Pak Dikin, penjaga sekolah kita kalau dia sempet lihat Sisca waktu membaca di perpustakaan.”,kata Angel
            “Bukannya tadi dia bilang nggak tahu?”, tanya Robert.
            “Iya, tapi aku paksa dia buat ngaku. Dia nggak mau berurusan yang gini-ginian. Tahu nggak? Pas Pak Dikin lihat Sisca, Sisca tingkahnya aneh gitu. Pak Dikin takut nyamperin Sisca. Katanya sereeeeem.”, jawab Angel.
            “Aneh? Serem? Emang gimana tingkahnya?”,atanya Bobby.
            “Ya, kayak ketakutan plus marah gitu.”,kata Angel.
            Suasana menjadi hening sejenak. Angel dan Bobby mencari Robert yang udah nggak di tempat lagi. Mereka terus berjalan mengikuti jalan,melewati pintu dan akhirnya bertemu dengan Robert. Ternyata Robert menemukan rak buku yang aneh banget. Kalau bukunya ditarik, bukunya bakaln balik lagi, seperti karet. Begitu pula buku-buku lainnya di rak tersebut. Tanpa mereka sadari, mereka masuk di kawasan terlarang. Tempatnya memang di sebelah perpustakaan dan mereka baru tahu kalau ada jalan penghubung dari perpustakaan ke ruangan ini.
            “Ini buku aneh banget sih, kalau ditari nggak bisa mending di dorong saja.”,kata Bobby.
            Seketika rak berbalik. Bobby hilang! Misterim mulai terpecahkan. Menurut Angel dan Robert, Sisca masuk ke kawasan terlarang, lalu hilang dengan cara seperti Bobby. Tanpa fikir panjang, Angel dan Robert melakukan hal yang sama. Nereka sampai di ruangan yang sempit. Mereka mengikuti jalur itu. Tiba-tiba mereka mendengar.
            “Kamu harus membunuh Ibu Lidya, kepala sekolah ini.”, kata seseorang yang suaranya cukup familiar.
            “Nggak Om, Sisca nggak mau.”,ucap Sisca.
            Sisca??? Kenapa Siscas mau membunuh Ibu Lidya?Pikir mereka dalam hati.
            “Oke kalau begitu kamu bunuh anaknya saja.”, ujar suara laki-laki itu.
            “Enggak, Angel sahabat Sisca. Sisca nggak akan pernah membunuh dia!”, kata Sisca setengah membentak.
            “Kamu itu, ya Sis. Katanya waktu dulu masuk ke SMA ini kamu mau bantuin Om, sekarang mana buktinya?”, ucap laki-laki itu.
            “Karena aku sadar om. Mereka nggak salah. Yang salah itu kakeknya Angel.”,akat Sisca.
            Karena pintu banyak beban, pintupun ambruk.
            “Kalian.....”, kata laki-laki itu yang ternyata Pak Deni, satpam sekolah.
            Sisca menatap mereka sambil berusaha melepas tangan yang terikat.
            “Jadi, selama ini Pak Deni mengincar nyawa aku dan mama?”,tanya Angel mau menangis.
            “Iya, kakek kamu telah merebut tanah ini. Asal kamu tahu,rumah yang menjadi sekolah ini adalah milik orangtua saya.”, kata Pak Deni marah.
            Angel terbengong-bengong.
            “Jadi kamu belum tahu?”, tanya Pak Deni, tersenyum kecil.
            Angel menggeleng, tanda tidak tahu sambil menunduk.
            “Dulu, kakek kamu adlah penjilat yang hebat. Pertama-tama dia datang sebagai pembantu,lalu dia membunuh ayah saya. Saya sudah tahu, tapi neneknya Sisca alias ibu saya tidak percaya. Ibu saya telah diguna-guna oleh kakek kamu, sehinggak ibu saya dan kakek kamu menikah. Setelah seluruh harta keluarga saya diambil, kakek kamu mengusir saya, adik saya dan ibu saya. Dan kakek kamu menikah dengan pembantunya yang bernama Marrieta.”,kata Pak Deni panjang lebar.
            Sesegera Pak Deni mengambil pisau yang ada di ruangan itu dan bermaksud menusuknya ke Angel. Untunglah Sisca menolong Angel dengan mendorong Pak Deni. Sesegera Bobby dan Robert mengambil tali yang ada di situ dan mengikat Pak Deni.
            “Maafin aku ya, Ngel, aku nggak bermaksud jahat sama kamu.”,akat Sisca yang tangannya masih diikat.
            “Nggak apa-apa kok. Yang penting kamu udah buktiin kalau kamu memang sahabat aku.”, kata Angel sembari berusaha melepas ikatan di kedua tangan Sisca.
            Angel dan Sisca berpelukan, Bobby memandangi Robert dan langsung memeluk Robert. Pak Deni merasa risih melihat mereka berempat.
            “Loh,ini gudang?”,kata Robert.
            “Iya, kamu baru nyadar?”, tanya Sisca.
            “Oh, jadi ini yang dimaksud jalan rahasia itu?”, kata Angel.
            “Ya,memang ini tempat Marrieta dan kakek kamu bertemu.”, kata Pak Deni sinis.
            Gudang itu letaknya di luar sekolah. Dulu, waktu masih menjadi rumah, gudanmg ini adalah kamar Marrieta. Diam-diam, kakeknya Angel membuat jalan rahasia saat ibunya Pak Deni sekeluarga liburan ke luar negeri untuk menghibur diri setelah kematian ayahnya Pak Deni.
            Setelah itu mereka melaporkan ke polisi. Lalu, Pak Deni dijebloskan ke penjara dengan tuduhan percobaan pembunuhan. Detektif 1 dan detektif 2 takjub melihat kehebatan Robert, Bobby dan Angel dalam mengungkapkan misteri penculikan ini.