Story Of Us Part 5

Jogja, Agustus 2006

Hari ini akan menjadi hari yang melelahkan. Pertama, aku harus berpromosi ektrakulikuler yang aku ikuti, majalah sekolah. Iya, berhubung ini masih euphoria siswa baru, maka harus gencar dipromosikan. Selain itu, tugas-tugas juga sudah mulai bermunculan. Aku menghela nafas. Memang sudah menjadi keinginanku untuk masuk jurusan IPS, namun aku rasa aku masih belum merasa nyaman. Dan tentu saja aku masih duduk sebangku dengan Sean. Aku melepaskan double-tip yang menempel di kertas yang akan aku tempel di dinding pengumuman. Lalu aku menempelkannya. Semoga, kali ini banyak siswa baru yang tertarik mengikutinya.

"Mbak Cherry.", kata suara dari belakangku yang nampak tidak asing.


Aku menolah. Iya, aku mengenalnya.

"Rizta, kamu sekolah di sini?", tanyaku padanya.

Rizta hanay tersenyum dan mengangguk. Iya, dia Rizta, adiknya Dion. Gadis imut dan mungil ini memang dulu sempat bilang bahawa dia ingin memasuki SMA ini. Aku memang tidak terlalu dekat dengannya, namun aku cukup tahu tentang dia. Apakah ini kebetulan? Aku juga tidak tahu.

Jogja, November 2006

"Happy birthday Sean!", kataku pada Sean yang masih muka bantal.

Iya, hari ini ulang tahun Sean yang ke-17. Dan Sean masih baru setengah sadar sepertinya. Hari ini memang hari minggu, jadi walaupun jam sudah menunjukkan pukul sembilan, nyawa Sean belum terkumpul sepenuhnya. Aku memberinya roti dengan lilin-lilin kecil berjumlah tujuh belas. Selamat Sean, kamu sekarang sudah 'dianggap' dewasa. Kamu sudah memiliki SIM, KTP, serta hak untuk memilih. Sean, aku selalu yang berharap yang terbaik untukmu.

"Ngapain sih aneh-aneh dateng ke rumah segala.", kata Sean setelah mencuci mukanya.

"Ya, mau ngucapin selamat ulang tahun buat kamu lah. Mau ngapain lagi coba.", kataku.

Sean cuma membuang muka dengan sebal. Aku memandanginya sambil tersenyum. Dia hanya memakai kaos putih polis dan celana pendek. Sedangkan aku? Pakai dress bunga-bunga. Sumpah ya, jomplang banget. Aku pasti tidak akan melupakan kejadian ini. Kejadian Sean-dengan-muka-bantal-linglung-seketika.

Jogja, Maret 2007

"Mbak Cherry. Kenal sama mas Sean nggak?", tanya Rizta sambil memain-mainkan rambutnya.

"Iya, kenal. Sebangku malah.", kataku biasa saja sambil sibuuk dengan komputer.

"Oh, mas Sean juga IPS toh. Punya nomer hapenya nggak?", kata Rizta.

Aku berhenti. Maksud Rizta mau apa coba minta-minta nomer hapenya Sean. Aku diam.

"Buat apa?", tanyaku kesal tanpa sebab.

Rizta cuma ketawa. Aku tambah bingung. Sean memang sudah membeli hape baru, kado atas ulang tahunnya dari ayahnya. Tapi, buat apa Rizta memiliki nomernya Sean. Lama-lama aku jadi curiga. Jangan-jangan Rizta ini adik kelas yang ngejar-ngejar Sean yang Sean ceritakan tempo hari. Sean mendeskripsikannya bahwa cewek itu rambutnya sebahu dan selalu memain-mainkan rambutnya. Oh, iya cewek itu juga suka pakai bandana. Kalau dipikir-pikir pas banget sama Rizta. Tapi, Sean nggak suka sama cewek yang agresif tipikal seperti Rizta. Kenapa aku baru nyadar sekarang?

"Terus mas Sean itu gabung klub apa?", tanya Sean membuyarkan lamunanku.

"Ha? Sean ikutan debat bahasa inggris, setahuku itu sih.", kataku.

Mati, aku keceplosan. Duh, kasihan Sean kali dikejar-kejar sama cewek. Masalahnya Sean nggak suka. You take a wrong step, Cher. Lalu ada yang memanggil Rizta terus Rizta say bye sama aku. Sontak aku langsung sms Sean, nanya nama cewek yang ngejar-ngejar dia. Dan benar, itu Rizta! Woy, aku selama ini kemana aja woy! Nggak pernah terlalu merhatiin Sean kalau cerita >.<.

Lalu aku pulang. Iya, aku menghidupkan komputer dan online. Aku membuat akun friendster. Friendster memang menjadi hits belakangan ini. Akupun tak mau ketinggalan untuk bikin. Yaps, jadi! Tak lupan aku nge-add teman-teman yang aku kenal kayak Nadia. Lalu, setelah itu, aku mau nge add Anggi. Setelah aku tanyakan emailnya, aku buru-buru nge-add Anggi. Lalu aku membuka profilnya dan nge-liat friend list nya. Banyak teman-temanku yang sudah punya friendster, pelan-pelan aku nge-add. Lalu aku menemukan akun Dion. Iya, aku yakin. Fotonya foto asli, tapi primary nya sama cewek lain. Aku nggak tahu siapa itu. Lalu aku buka profilnya. Aku masih scroll ke bawah. Banyak komen dari cewek bernama 'Merisa'. Aku membuka profil Merisa itu. Dari primary, dari komen-komenannya aku yakin Merisa ini memiliki hubungan spesial pada Dion. Aku terdiam, rasanya mau nangis saja. Ini udah lebih dari setahun kami putus, tapi Dion sudah move on dengan gampangnya. Aku buru-buru meng-sms Rizta bertanya siapa itu Merisa. Tak ada balasan. Aku mematikan komputer lalu berabjak ke tempat tidur dan menangis. 

Bila yang tertulis untukku adalah yang terbaik untukmu
Kan kujadikan kau kenangan yang terindah dalam hidupku

Lagu Samsons, kenangan terindah berbunyi dari hapeku. Aku langsung mematikan hapeku. Aku tak tahu itu siapa, namun aku tak ingin diganggu sekarang. Kenapa kalau Dion menyembuhkan patah hati lebih mudah? Kenapa aku masih sakit hati kayak dulu? Aku hanya bisa menangis ditutupi bantal.

Bersambung